Asas Filosofis Hinduisme
Pendahuluan
Agama Hindu adalah sebuah agama yang berasal dari India. Agama ini merupakan lanjutan dari
agama Weda(Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Arya. Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 Sebelum Masehi sampai
1300 Sebelum Masehi dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan
hingga saat ini. Agama hindu merupakan agama terbesar ketiga di dunia setelah
agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.[1] Hindu
adalah kata bahasa Persia yang berarti orang India.[2]
Konsep Masyarakat dan Keadilan
Sistem Catur Warna (Golongan Masyarakat)
Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna tetapi tidak sama dengan kasta. Karena di dalam ajaran Pustaka Suci Weda, tidak terdapat istilah
kasta. yang ada hanyalah istilah Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna,
masyarakat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:[3]
- Brāhmana : golongan para pendeta, orang suci, pemuka agama dan rohaniwan
- Ksatria : golongan para raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara
- Waisya : golongan para pekerja di bidang ekonomi
- Sudra : golongan para pembantu ketiga golongan di atas
Menurut ajaran catur Warna, status seseorang didapat
sesuai dengan pekerjaannya. Jadi, status seseorang tidak didapat semenjak dia
lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau ahli dalam suatu
bidang tertentu. Catur
Warna menekankan seseorang agar
melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Keempat golongan sangat
dianjurkan untuk saling membantu agar mereka dapat memperoleh hak. Dalam sistem
Catur Warna terjadi suatu siklus “memberi dan diberi” jika keempat golongan
saling memenuhi kewajibannya.
Konsep Keadilan
Agama ini memiliki ciri khas sebagai salah
satu agama yang paling toleran. Dalam berbagai pustaka suci Hindu,
banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil oleh Tuhan. Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun
datangnya dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan,
namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda.
Meskipun ada yang menganggap Dewa-Dewi
merupakan Tuhan tersendiri, namun
umat Hindu memandangnya sebagai cara pemujaan yang salah. Dalam kitab suci
mereka, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: “Orang-orang yang menyembah
Dewa-Dewa dengan penuh keyakinannya sesungguhnya hanya menyembah-Ku, tetapi
mereka melakukannya dengan cara yang keliru”
Pemeluk agama Hindu juga mengenal arti Ahimsa dan "Satya Jayate Anertam". Mereka
diharapkan tidak suka(tidak boleh) membunuh secara biadab tapi untuk kehidupan
pembunuhan dilakukan kepada binatang berbisa(nyamuk) untuk makanan sesuai
swadarmanya, dan diminta jujur dalam melakukan segala pikiran, perkataan, dan
perbuatan.[4]
Tujuan Agama Hindu adalah
untuk mencapai “Jagadhita” dan “Mokûa” yang diformulasikan dalam sebuah kalimat
Sanskerta sebagai berikut: “Àtmano Mokûàrtham Jagadhitàya ca” maka tujuan
pendidikan Hindu pada hakekatnya adalah sama dengan formulasi tujuan agama
tersebut di atas, yakni untuk mencapai “Jagadhita” (kesejahtraan dan
kebahagiaan di dunia ini) dan “Mokûa” (kebahagiaan abadi, bersatunya Àtmà
dengan Brahmana).[5]
Keadilan dalam agama Hindu merupakan pemeliharaan keadilan dan
persatuan agar tidak jatuh dalam degradasi moral.
Ajaran
hindu menginginkan agar semua umatnya sejahtera, dalam hal ini dimaksudkan
bebas dari kemiskinan, kehidupan layak dan lain-lain.oleh karena itu
penderitaan umat hindu adalah penderitaan untuk umat hindu yang lain.[6]
Simpulan
Hindu merupakan budaya dan peradaban tertua yang telah
hidup dan tumbuh di tepi sungai hindu yang dikenal dengan nama tanah India. Dalam agama Hindu, dikenal
istilah Catur Warna
bukan sama sekali dan tidak sama dengan kasta;
Brāhmana(golongan
para pendeta, orang suci, pemuka agama dan rohaniwan), Ksatria(golongan
para raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara), Waisya(golongan para pekerja di bidang ekonomi), Sudra(golongan para pembantu ketiga golongan di atas).
Umat
Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua
agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang
dan cara pelaksanaan yang berbeda. Keadilan dalam
agama Hindu merupakan pemeliharaan keadilan dan persatuan agar tidak jatuh dalam degradasi
moral. Ajaran hindu menginginkan agar semua
umatnya sejahtera, dalam hal ini dimaksudkan bebas dari kemiskinan, kehidupan
layak dan lain-lain.oleh karena itu penderitaan umat hindu adalah penderitaan
untuk umat hindu yang lain.[7]
Daftar Pustaka
Agama
Hindu, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
Apryanti,
Devi, Konsep Masyarakat dan Keadilan
dalam Asas Filosofis Hinduisme, dalam http://deviapriyanti158.blogspot.com/2012/03/konsep-masyarakat-dan-keadilan-dalam.html.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
Yajtna,
Cakra, Landasan Pendidikan Manusia
Susana, dalam http://www.parisada.org/index.
php?option=com_content&task=view&id=504&Itemid=29.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
Aira,
Sarah, Hinduisme, dalam http://aahifis29.blogspot.com/2011/07/hinduisme.html.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
[1]
Agama Hindu, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
[2]
Devi
Apryanti, Konsep Masyarakat dan Keadilan
dalam Asas Filosofis Hinduisme, dalam http://deviapriyanti158.blogspot.com/2012/03/konsep-masyarakat-dan-keadilan-dalam.html.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
[3]
Agama Hindu, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
[4]
Agama Hindu, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
[5] Cakra Yajtna, Landasan Pendidikan Manusia Susana, dalam http://www.parisada.org/index.
php?option=com_content&task=view&id=504&Itemid=29.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
[6]
Sarah Aira, Hinduisme, dalam http://aahifis29.blogspot.com/2011/07/hinduisme.html.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
[7]
Sarah Aira, Hinduisme, dalam http://aahifis29.blogspot.com/2011/07/hinduisme.html.
Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar