Powered By Blogger

Senin, 12 November 2012

Asas Filosofis Hinduisme ( Konsep Masyarakat dan Keadila)


Asas Filosofis Hinduisme
Pendahuluan
            Agama Hindu adalah sebuah agama yang berasal dari India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda(Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Arya. Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 Sebelum Masehi sampai 1300 Sebelum Masehi dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga saat ini. Agama hindu merupakan agama terbesar ketiga di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.[1] Hindu adalah kata bahasa Persia yang berarti orang India.[2]

Konsep Masyarakat dan Keadilan

Sistem Catur Warna (Golongan Masyarakat)

Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna tetapi tidak sama dengan kasta. Karena di dalam ajaran Pustaka Suci Weda, tidak terdapat istilah kasta. yang ada hanyalah istilah Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna, masyarakat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:[3]
  • Brāhmana : golongan para pendeta, orang suci, pemuka agama dan rohaniwan
  • Ksatria : golongan para raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara
  • Waisya : golongan para pekerja di bidang ekonomi
  • Sudra : golongan para pembantu ketiga golongan di atas
Menurut ajaran catur Warna, status seseorang didapat sesuai dengan pekerjaannya. Jadi, status seseorang tidak didapat semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna menekankan seseorang agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Keempat golongan sangat dianjurkan untuk saling membantu agar mereka dapat memperoleh hak. Dalam sistem Catur Warna terjadi suatu siklus “memberi dan diberi” jika keempat golongan saling memenuhi kewajibannya.

Konsep Keadilan
Agama ini memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling toleran. Dalam berbagai pustaka suci Hindu, banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil oleh Tuhan. Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda.
Meskipun ada yang menganggap Dewa-Dewi merupakan Tuhan tersendiri, namun umat Hindu memandangnya sebagai cara pemujaan yang salah. Dalam kitab suci mereka, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: “Orang-orang yang menyembah Dewa-Dewa dengan penuh keyakinannya sesungguhnya hanya menyembah-Ku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru”
Pemeluk agama Hindu juga mengenal arti Ahimsa dan "Satya Jayate Anertam". Mereka diharapkan tidak suka(tidak boleh) membunuh secara biadab tapi untuk kehidupan pembunuhan dilakukan kepada binatang berbisa(nyamuk) untuk makanan sesuai swadarmanya, dan diminta jujur dalam melakukan segala pikiran, perkataan, dan perbuatan.[4]
Tujuan Agama Hindu adalah untuk mencapai “Jagadhita” dan “Mokûa” yang diformulasikan dalam sebuah kalimat Sanskerta sebagai berikut: “Àtmano Mokûàrtham Jagadhitàya ca” maka tujuan pendidikan Hindu pada hakekatnya adalah sama dengan formulasi tujuan agama tersebut di atas, yakni untuk mencapai “Jagadhita” (kesejahtraan dan kebahagiaan di dunia ini) dan “Mokûa” (kebahagiaan abadi, bersatunya Àtmà dengan Brahmana).[5]
Keadilan dalam agama Hindu merupakan pemeliharaan keadilan dan persatuan agar tidak jatuh dalam degradasi moral. Ajaran hindu menginginkan agar semua umatnya sejahtera, dalam hal ini dimaksudkan bebas dari kemiskinan, kehidupan layak dan lain-lain.oleh karena itu penderitaan umat hindu adalah penderitaan untuk umat hindu yang lain.[6]




Simpulan
            Hindu merupakan budaya dan peradaban tertua yang telah hidup dan tumbuh di tepi sungai hindu yang dikenal dengan nama tanah India. Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna bukan sama sekali dan tidak sama dengan kasta; Brāhmana(golongan para pendeta, orang suci, pemuka agama dan rohaniwan), Ksatria(golongan para raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara), Waisya(golongan para pekerja di bidang ekonomi), Sudra(golongan para pembantu ketiga golongan di atas).
            Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Keadilan dalam agama Hindu merupakan pemeliharaan keadilan dan persatuan agar tidak jatuh dalam degradasi moral. Ajaran hindu menginginkan agar semua umatnya sejahtera, dalam hal ini dimaksudkan bebas dari kemiskinan, kehidupan layak dan lain-lain.oleh karena itu penderitaan umat hindu adalah penderitaan untuk umat hindu yang lain.[7]

















Daftar Pustaka

Agama Hindu, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
Apryanti, Devi, Konsep Masyarakat dan Keadilan dalam Asas Filosofis Hinduisme, dalam http://deviapriyanti158.blogspot.com/2012/03/konsep-masyarakat-dan-keadilan-dalam.html. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
Yajtna, Cakra, Landasan Pendidikan Manusia Susana, dalam http://www.parisada.org/index. php?option=com_content&task=view&id=504&Itemid=29. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
Aira, Sarah, Hinduisme, dalam http://aahifis29.blogspot.com/2011/07/hinduisme.html. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.




[1] Agama Hindu, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.

[2] Devi Apryanti, Konsep Masyarakat dan Keadilan dalam Asas Filosofis Hinduisme, dalam http://deviapriyanti158.blogspot.com/2012/03/konsep-masyarakat-dan-keadilan-dalam.html. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.

[3] Agama Hindu, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.


[4] Agama Hindu, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.
[5] Cakra Yajtna, Landasan Pendidikan Manusia Susana, dalam http://www.parisada.org/index. php?option=com_content&task=view&id=504&Itemid=29. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.

[6] Sarah Aira, Hinduisme, dalam http://aahifis29.blogspot.com/2011/07/hinduisme.html. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.

[7] Sarah Aira, Hinduisme, dalam http://aahifis29.blogspot.com/2011/07/hinduisme.html. Diakses pada 11 November 2012, pukul 19.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar