Dampak Globalisasi terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di Asia Selatan
Pasulina
Sidabutar*[1]
Abstract
This
articel analyzes the impact of
globalization on economic growth
in countries of South Asia. The impact of
globalization on the economy divided
by 2, which is the positive and negative
impacts.The positive impact is the opening of business
opportunities in these countries, and the negative impact is the outer product will
be more developed than the countries’ because of the price or qualityof outer are more demand than from
the inside og the countries. These positive and negative
impacts are felt by all countries in south
asia. There is some feel the
negative effects and anotherfeel the positive effects. It causes several countries of south asia has their economic grown, and the others is still lagging.
Keywords:
Globalitation, Economic, Impact, South Asia.
Pendahuluan
Globalisasi merupakan suatu gejala yang melanda hampir seluruh negara didunia. Dampak globalisasi terjadi di semua bidang kehidupan, termasuk bidang ekonomi. Tidak dapat dipungkiri kalau globalisasi merupakan salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dampak globalisasi di bidang ekonomi dapat dibedakan menjadi dampak positif dan negatif. Beberapa dampak positif globalisasi ekonomi diantaranya adalah, meningkatkan produksi global, selain itu globalisasi ekonomi juga dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah. Globalisasi ekonomi juga dapat meluaskan pasar untuk produk dalam luar negri. Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri. Dampak positif globalisasi ekonomi lainnya adalah Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik. Selanjutnya, globalisasi ekonomi akan Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.
Globalisasi merupakan suatu gejala yang melanda hampir seluruh negara didunia. Dampak globalisasi terjadi di semua bidang kehidupan, termasuk bidang ekonomi. Tidak dapat dipungkiri kalau globalisasi merupakan salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dampak globalisasi di bidang ekonomi dapat dibedakan menjadi dampak positif dan negatif. Beberapa dampak positif globalisasi ekonomi diantaranya adalah, meningkatkan produksi global, selain itu globalisasi ekonomi juga dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah. Globalisasi ekonomi juga dapat meluaskan pasar untuk produk dalam luar negri. Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri. Dampak positif globalisasi ekonomi lainnya adalah Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik. Selanjutnya, globalisasi ekonomi akan Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.
Dampak negatif globalisasi terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah, Menghambat
pertumbuhan sektor industri. Salah satu efek dari globalisasi adalah
perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini
menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang
tingi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant
industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas
menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri
domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri
yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat. Dampak lainnya adalah
memperburuk neraca pembayaran.
Selanjutnya, Sektor keuangan semakin tidak stabil. Globalisasi ekonomi juga
Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi
jangka panjang.
Dampak-dampak
inilah yang terjadi pada perekonomian negara-negara di Asia Selatan. Sebagian
negara merasakan dampak positif globalisasi, tetapi sebagiannya merasakan
dampak negatif globalisasi. Secara umum negara-negara Asia selatan dapat
dikatakan bahwa perekonomiannya meningkat khususnya di Negara India. Adanya
kekayaan alam, sumber daya manusia yang semakin meningkat dan alat-alat
tegnologi baru yang diciptakan negara
ini membuat negara-negara lain tertarik melakukan kerjasama atau hubungan diplomatik
dengan negara ini, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin
meningkat pada negara ini.
Dampak Globalisasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara Asia Selatan
Kita ketahui bahwa istilah globalisasi tidak terbatas hanya pada
meningkatnya alat-alat teknologi yang semakin canggih dan kompleks saja. Tetapi
juga dengan adanya perkembangan zaman yang kita rasakan, seperti pada sebuah
negara misalnya, yang dulunya terisolasi atau menutup dirinya dari pengaruh
negara lain sekarang sudah mulai membuka negaranya pada hal-hal positif yang
mendunia. Negara-negara yang dulunya enggan bekerja sama dengan negara lain
sekarang sudah mau menjalin persahabatan dengan negara lain, baik itu di bidang
ekonomi, politik ataupun sosial budaya, baik itu untuk kepentingan pribadi
maupun kepentingan bersama. Globalisasi yang seperti inilah yang terjadi pada
negara-negara Asia Selatan dimana sangat
memberi dampak bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut.
Untuk mengetahui bagaimanakah pertumbuhan ekonomi negara-negara
Asia Selatan sebagai dampak dari globalisasi, saya akan membahas perekonomian
negara-negara Asia Selatan satu per satu.
Bangladesh
Bangladesh masih merupakan negara
berkembang, meski telah dilakukan usaha berlanjut untuk meningkatkan prospek ekonomi
dan demografi[2]. Pendapatan per kapita pada 2008 tercatat
sebesar $520[3],
namun, seperti yang dicatat Bank Dunia pada
Laporan Negera Juli 2005-nya, negara ini telah membuat kemajuan pesat dalam
pengembangan manusia dengan berfokus pada pemberantasan tingkat buta huruf yang
berhasil, penyetaraan gender dalam sekolah, dan pengurangan pertumbuhan
penduduk.
Yute pernah menjadi mesin ekonomi negara
ini. Pangsa pasar ekspor dunianya memuncak pada masa Perang Dunia II dan akhir
tahun 1940-an pada 80%[4]
dan bahkan di awal 1970-an terhitung sekitar 70% penerimaan ekspornya. Namun,
produk polipropilena mulai
menggantikan produk yute di seluruh dunia dan industri yute mulai mengalami
kemunduran. Selain yute, Bangladesh memproduksi padi, teh, dan sesawi dalam jumlah yang signifikan.
Meski dua pertiga penduduk
Bangladesh adalah petani, lebih dari tiga perempat penerimaan ekspor Bangladesh
berasal dari industri garmen.[5]
Industri ini mulai menarik investor asing pada 1980-an karena upah buruh yang
murah dan nilai tukar mata uang asing yang rendah. Pada 2002, nilai ekspor
industri garmen tercatat sebesar $5 miliar.[6]
Industri ini kini memperkerjakan sekitar 3 juta orang, 90% di antaranya adalah
perempuan. Pemasukan mata uang asing juga diperoleh dari penduduk Bangladesh
yang tinggal di negara lain.
Afghanistan
Afghanistan ialah sebuah negara yang relatif miskin,
sangat bergantung pada pertanian dan
peternakan. Ekonominya melemah akibat kerusuhan politik dan militer terkini,
tambahan kemarau keras dengan kesulitan bangsa antara 1998-2001. Sebagian
penduduk mengalami krisis pangan, sandang, papan, dan minimnya perawatan
kesehatan. Kondisi ini diperburuk oleh operasi militer dan ketidakpastian
politik. Inflasi menyisakan banyak masalah. Menyusul perang koalisi yang
dipimpin AS yang menimbulkan jatuhnya Taliban pada November 2001 dan
pembentukan Otoritas Interim Afganistan (AIA) yang diakibatkan dari Persetujuan
Bonn Desember 2001, usaha Internasional untuk membangun kembali Afganistan
ditujukan di Konferensi Donor Tokyo untuk
Rekonstruksi Afganistan pada Januari 2002, di mana $4,5 juta dikumpulkan untuk
dana perwalian yang akan diatur oleh Bank Dunia. Wilayah prioritas untuk
rekonstruksi termasuk konstruksi pendidikan, kesehatan, dan fasilitas kesehatan,
peningkatan kapasitas administratif, perkembangan sektor pertanian, dan
pembangunan kembali jalan, energi, dan jaringan telekomunikasi.
Bhutan
Meski menjadi salah satu yang
terkecil di dunia, ekonomi Bhutan telah berkembang pesat sekitar 8% pada 2005 dan
14% pada 2006. Per Maret 2006, pendapatan per kapita Bhutan adalah US$1.321 yang membuatnya tertinggi di
Asia Selatan. Standar hidup Bhutan berkembang dan merupakan salah satu yang
terbaik di Asia Selatan.
Ekonomi Bhutan adalah salah satu
yang terkecil dan kurang berkembang di dunia, yang berbasis pertanian, kehutanan, dan
penjualan PLTA ke India.
Pertanian menyediakan mata pencaharian buat lebih dari 80% penduduk. Praktek
agraria sebagian besar terdiri atas pertanian subsisten dan peternakan hewan. Kerajinan tangan, khususnya
menjahit dan produksi seni keagamaan untuk altar rumah merupakan industri kecil
milik rakyat dan sumber sekian pendapatan. Pemandangan yang berbeda dari
pegunungan berbukit yang kasar membuat pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya
sulit dan mahal. Ini, dan tiadanya akses ke laut, menyebabkan Bhutan tidak
pernah bisa dapat untung dari perdagangan yang signifikan dari produknya. Kini
Bhutan currently tak memiliki jalur kereta api, meski Indian Railways merencanakan menghubungan Bhutan
selatan dengan jaringannya yang luas di bawah persetujuan yang ditandatangani
pada Januari 2005.[2] Jalur
perdagangan masa lalu antara peguunungan Himalaya, yang menghubungkan India ke Tibet, telah ditutup sejak
pengambilalihan militer atas Tibet pada 1959 (meski kegiatan penyelundupan
tetap membawa barang-barang RRC ke Bhutan).
Sektor industri amat minim,
produksinya termasuk jenis industri rakyat. Sebagian besar proyek pembangunan,
seperti konstruksi jalan, brsandar pada buruh kontrak India. Produk pertanian
antara lain beras, lombok, produk dari dairy (yak), soba, gerst, panenan akar,
apel, dan pohon jeruk di ketinggian rendah. Industri lain seperti semen, produksi kayu, buah-buahan yang diproses, MiRas,
dan kalsium karbida.
Mata uang Bhutan, ngultrum, ditautkan ke Rupee India. Rupee juga
diterima sebagai penawaran resmi di negeri itu. Pendapatan lebih
dari Nu 100,000 per tahun dikenakan pajak, namun penerima
upah dan gaji yang amat sedikit memenuhi syarat. Tingkat inflasi Bhutan
diperkirakan sekitar 3% pada 2003. Bhutan memiliki Produk Domestik Bruto sekitar USD 2.913
miliar (diatur ke keseimbangan daya beli),
menjadikan ekonominya terbesar ke-162 di dunia. Pendapatan per kapita sekitar US$1.400 (€1.170), urutan ke-124.
Jumlah penerimaan pemerintah €122 miliar (US$146 miliar), meski jumlah
ekspenditur €127 miliar (US$152 miliar).
Namun, 60%Templat:Inote ekspeditur anggaran belanja,
dibiayai oleh Kementerian Luar Negeri India.[3] Ekspor
Bhutan, khususnya listrik, kapulaga, gips, kayu, kerajinan
tangan, semen, buah, batu mulia dan rempah-rempah, total €128
miliar (US$154 miliar)
(perkiraan tahun 2000). Namun, impor berjumlah sekitar €164 miliar (US$196 miliar), menimbulkan defisit
perdagangan. Barang utama yang diimpor termasuk bahan bakar dan minyak pelumas, gabah, mesin, kendaraan, pabrik, dan nasi. Mitra ekspor utama Bhutan adalah
India, terhitung sekitar 87,9% barang ekspornya. Bangladesh (4,6%) dan Philipina (2%) ialah
mitra ekspor terpentingnya setelah India. Karena perbatasannya dengan Tibet
ditutup, perdagangan antara Bhutan dan RRC hampir tiada. Mitra impor Bhutan
adalah India (71,3%), Jepang (7,8%) dan Austria (3%).
Dalam menanggapai tudingan pada 1987
oleh seorang wartawan dari Financial Times (Britania Raya) bahwa
perkembangan di Bhutan lambat, sang Raja berkata bahwa "Kebahagiaan Nasional Bruto lebih
penting daripada Produk Domestik Bruto." [4] Pernyataan
ini memberi pertanda penemuan terkini oleh para psikolog ekonomi Barat,
termasuk penerima Nobel 2002 Daniel Kahneman, yang
mempertanyakan hubungan antara tingkat pendapatan dan kebahagiaan. Itu menandai
komitmennya untuk membangun ekonomi yang cocok buat budaya Bhutan yang unik,
berdasarkan pada nilai-nilai spiritual agama Buddha, dan telah berlaku sebagai
visi persatuan untuk ekonomi. Di samping itu, nampaknya kebijakan itu mendapat
hasil yang diharapkan seperti dalam survei terkini yang diatur oleh Universitas Leicester [1] di Britania Raya, Bhutan diurutkan sebagai tempat paling bahagia ke-8 di
bumi [2].
India
India memiliki ekonomi yang berada
dalam urutan ke-10 dalam konversi mata uang dan ke-4 terbesar dalam PPP. Dia memiliki rekor ekonomi dengan
pertumbuhan tercepat sekitar 8% pada 2003. Dikarenakan populasinya yang
besar, namun pendapatan per kapita India berdasarkan PPP hanya AS$3.262, berada di urutan ke-125 oleh Bank Dunia. Cadangan pertukaran asing India sekitar AS$143 miliar. Mumbai merupakan ibu kota finansial negara
ini dan juga merupakan rumah dari Reserve Bank of India dan Bursa Efek Mumbai. Meskipun
seperempat dari penduduk India masih hidup di bawah garis kemiskinan, jumlah kelas menengah yang besar telah muncul karena
cepatnya pertumbuhan dalam industri teknologi informasi.
Ekonomi India dulunya banyak
tergantung dari pertanian, namun
sekarang ini hanya menyumbang kurang dari 25% dari PDB. Industri penting
lainnya termasuk pertambangan, petroleum, pengasahan
berlian, film, tekstil, teknologi informasi, dan kerajinan tangan. Kebanyakan daerah industri India
berpusat di kota-kota utamanya. Tahun-tahun belakangan ini, India telah muncul
sebagai salah satu pemain terbesar dalam perangkat lunak dan business process outsourcing, dengan
pendapatan sekitar AS$17,2 miliar pada 2004-2005. Dan ada juga banyak industri skala
kecil yang meyediakan lapangan kerja yang stabil bagi penduduk di kota kecil
dan pedesaan.
Meskipun India hanya menerima
sekitar tiga juta pengunjung asing setiap tahun, pariwisata tetap penting tapi
masih sumber pendapatan nasional yang belum berkembang. Pariwisata
menyumbangkan 5,3 persen dari PDB India. Partner perdagangan utama India
termasuk Amerika Serikat, Jepang, Republik Rakyat Cina dan Uni Emirat Arab.
Ekspor utama India termasuk produk
pertanian, tekstil, batu berharga dan perhiasan, jasa perangkat lunak dan
teknologi, hasil teknik, kimia, dan hasil kulit sedangkan komoditas impornya
adalah minyak mentah, mesin, batu berharga, pupuk, kimia. Pada tahun 2004,
total ekspor India berjumlah AS$69,18 miliar sedangkan impor sekitar AS$89,33
miliar.
Maladewa
Selain sektor pariwisata yang
menjadi tulang punggung perekonomian Maladewa, kegiatan ekspor ikan tuna juga
menjadi salah satu pendapatan penting negara ini.[7]
Sebanyak 90% dari total produk perikanan yang diekspor oleh Maladewa merupakan
produk tuna segar, tuna
kering, tuna beku, tuna yang diasinkan, dan tuna kaleng.7
Kondisi tanah Maladewa yang kurang
subur menyebabkan hasil tanam di negara ini sangat terbatas, hanya beberapa
tanaman seperti kelapa, pisang, sukun, pepaya, mangga, talas, ubi, dan bawang yang dapat tumbuh di area negara
ini.7 Hal ini juga menyebabkan sebagian besar makanan harus diimpor
dari luar negeri.7
Industri di negara ini terdiri dari
pembuatan kapal, kerajinan tangan, pengalengan tuna, serta produksi pipa PVC, sabun, mebel, dan produk makanan.7
Beberapa negara yang berhubungan baik dalam perekonomian Maladewa adalah Jepang, Sri Lanka, Thailand, dan Amerika Serikat.
Srilanka
Sri Lanka mengandalkan
perekonomiannya pada ekspor pertanian.
Pada tahun 1987 sektor ini memberikan sumbangan sebesar 24,2 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Sektor pertanian ini menyerap hampir separuh
jumlah tenaga kerja yang ada di seluruh negara. Sektor lain yang menyumbang PDB
adalah perdagangan, industri, transportasi dan komunikasi, dan konstruksi. Di
bidang pertanian, negara ini dikenal sebagai negara pengekspor teh terbesar kedua di dunia. Selain itu, negara ini juga di
kenal sebagai negara pengekspor karet, kelapa dan serat. Produksi karetnya mencapai 36
persen produksi karet
dunia. Sedangkan untuk kelapa, negara ini menyumbangkan sekitar 71 persen
produksi karet dunia. Industri utamanya
ialah grafit. Sebagian
besar produksi ini di ekspor ke Jepang. Selain itu, saat ini negara ini
sedang mengembangkan industri semen, tekstil, keramik dan kulit.
Pakistan
Strategis
terletak di Asia Selatan, Pakistan di persimpangan antara Timur dan Asia Barat.
Pakistan adalah negara yang berkembang pesat yang telah menghadapi sejumlah
tantangan di kedua front politik dan ekonomi.
Baru-baru ini,
luas reformasi ekonomi telah menghasilkan prospek ekonomi kuat dan pertumbuhan
yang dipercepat terutama di manufaktur dan sektor jasa keuangan.
Lingkungan
ekonomi makro Pakistan dipengaruhi oleh intensifikasi perang melawan teror dan
pendalaman krisis keuangan global yang menembus ke dalam perekonomian dalam
negeri melalui rute penurunan substansial dalam ekspor Pakistan dan pelambatan
terlihat pada arus masuk asing langsung.
Meskipun
kontraksi dalam penerimaan ekspor lebih dari dikompensasi oleh kompresi impor
besar berasal dari kecelakaan global harga minyak mentah, kerentanan sektor
eksternal membutuhkan tinjauan. Prospek pertumbuhan ekonomi masih pesimis
karena permintaan impor keriput, setoran pajak menurun, dan arus masuk
investasi asing dan privatisasi dibasahi.
Ekspor mulai
panas menghadapi krisis keuangan global sejak Januari 2009 dan kontraksi
permintaan global telah memperburuk kontraksi
ekspor. Ekspor menyaksikan fraksional pertumbuhan negatif 0,1 persen - turun
dari $ 13432000000 tahun lalu menjadi $ 13414000000 pada bulan Juli-Maret
2008-09. Namun, ekspor turun 25,9 persen pada Maret 2009 dibandingkan Maret
2008 yang benar-benar mengkhawatirkan hal untuk Ekonomi.
Pakistan
industri TI. Teknologi Informasi (TI) dan IT-enabled jasa (ITES) pasar
menawarkan kesempatan yang menguntungkan bagi negara berkembang untuk bergabung
dengan barisan negara maju. Skala dan laju pertumbuhan di sektor ini lebih
cepat dari sektor industri lainnya, dan sejumlah negara berkembang sedang
berusaha untuk meniru keberhasilan dinikmati oleh negara-negara seperti Cina,
Thailand dan India. Industri tekstil yang tetap menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekspor sekali lagi digambarkan kinerja lamban dan terdaftar
pertumbuhan negatif sebesar 7,6%.
Investasi
langsung asing (FDI) mencapai $ 3042100000 selama bulan Juli-Maret 2008-09
sebagai terhadap $ 3305900000 pada periode dibandingkan tahun lalu, sehingga,
menggambarkan penurunan sebesar 8,0 persen. Kelompok komunikasi mempelopori
arus masuk FDI dengan saham 26,5% FDI secara keseluruhan dan diikuti oleh
bisnis keuangan (22,1%) dan eksplorasi minyak dan gas (18,3%).
Perjanjian Perdagangan Bebass (FTA) dari Pakistan: Cina Pakistan
Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA), ASEAN Pakistan Kawasan Perdagangan
Bebas (FTA), Bangladesh, Sri Lanka
Dagang
pengembangan Otoritas Pakistan (Tdap) adalah organisasi penerus promosi
ekspor Biro (EPB) yang merupakan agen utama pemerintah Pakistan terlibat dalam
promosi dan meningkatkan ekspor negara itu.
Pakistan
Telekomunikasi Perseroan Terbatas (PTCL) bangga menjadi yang paling handal dan
terbesar Pakistan konvergensi layanan operator menyediakan semua layanan
telekomunikasi dari telepon suara dasar untuk data, internet,
video-conferencing dan layanan carrier untuk konsumen dan bisnis di seluruh
negeri.
Automobile
Sektor Pakistan telah memainkan peran penting dalam perekonomian nasional
secara keseluruhan. Sektor ini merupakan salah satu kontributor utama sektor
manufaktur di negara ini dan mendaftarkan pertumbuhan lebih dari 30% per tahun.
Kebijakan mantap Pemerintah ini ditingkatkan per ketersediaan modal pendapatan
pilihan pembiayaan mobil.
Peningkatan
bentuk dan gaya dari mobil diproduksi secara lokal dan up-gradasi dalam standar
hidup massa adalah faktor utama di balik pertumbuhan yang mengesankan di sektor
ini. Saat ini ada 32 unit manufaktur mobil di Tanah Air dengan investasi modal
sebesar US $ 1,5 miliar (Majelis & Auto Parts) dan mempekerjakan 5.600
tenaga kerja. Auto bagian industri vendor yang terdiri dari 2.000 unit di
sektor terorganisir dan tidak terorganisir dan mempekerjakan lebih dari 140.000
tenaga kerja. Hinopak Motors Limited merakit, memproduksi dan memasarkan
terkenal di dunia Hino truk diesel dan bus di Pakistan. Dengan lebih dari
39.000 kendaraan di jalan, Hinopak telah memperoleh pangsa pasar 65% sehingga
produsen terbesar di truk menengah dan tugas berat dan industri bus di
Pakistan.
Sepatu Chawla
adalah salah satu perusahaan yang paling berkualitas Pakistan alas kaki sadar
dan progresif. Berkantor pusat di Lahore, ia mempertahankan kombinasi denda
kenyamanan, gaya dan pengerjaan dan memulai pada rencana pertumbuhan yang cukup
untuk masa depan.
Hubungan Ekonomi Internasional. Pakistan adalah
anggota: Kerjasama Ekonomi Organisasi (ECO), Asosiasi Asia Selatan untuk
Kerjasama Regional (SAARC), Asia Kliring Uni (ACU), Organisasi Konferensi
Islam, Boao Forum Untuk Asia (BFA), Dialog Ekonomi Asia-Eropa (ASEM), Asia -
Timur Tengah Dialog (AMED), Dialog Kerjasama Asia (ACD), Bank Pembangunan
Islam, Bank Pembangunan Asia (ADB), Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan
Pasifik (ESCAP), Colombo Plan, Organisasi Perdagangan Dunia, Organisasi Kerjasama
Shanghai (Pengamat) .
Nepal
Nepal merupakan salah satu negara
termiskin di dunia. Hmpir seperempat penduduknya hidup dibawah garis
kemiskinan. Perekonomian nepal mengandalkan pertanian. Tiga perempat penduduk
mendapatkan nafkah dari pertanian dan sepertiga produk domestik bruto berasal
dari pertanian. Kegiatan industri terutama berkaitan dengan pemrosesan
produk-produk pertanian, seperti kacang-kacangan, yute, tebu, tembakau dan
biji-bijian.
Selama
resesi global pada tahun 2009, pengiriman uang dari pekerja migran di luar
negri, meningkat 47% hingga $2,8 Miliyar sedangkan kunjungan wisatawan menurun
1% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2009, PDB Nepal diperkirakan sebesar
US$33,25 miliar atau US% 1.200 per
kapita. Sementara angka inflasi mencapai 13,2%.
Ekspor
Nepal pada 2008 diperkirakanUS$907 juta. Angka ini belum termasuk perdagangan
tak tercatat di perbatasan India. Barang ekspor meliputi perdagangan karpet,
pakaian, barang-barang dari kulit, barang-barang dari yute dan biji-bijian.
Sementara
nilai impor sebesar US$3.626 miliar. Barang-barang yang di impor Nepal antara
lain emas, mesin dan peralatan, produk
minyak dan pupuk. Mitra dagang Nepal antara lain, Amerika Serikat, Jerman, Cina
dan Indonesia.
Simpulan
Tulisan ini telah membahas tentang pengaruh globalisasi
terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Selatan yang di bahas secara
terperinci satu per satu. Dimana globalisasi memberikan dampak positif dan
dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Beberapa
negara Asia Selatan bisa tergolong kedalam ekonomi yang maju seiring dengan
adanya Globalisasi, baik itu dikarenakan adanya kerjasama dengan negara lain,
kemajuan teknologi maupun dikarenakan ilmu pengetahuan yang semakin tinggi.
Negara di Asia Selatan yang ekonominya maju adalah India. Dimana merupakan
peringkat ke sepuluh perekonomian termaju di dunia. Ini disebabkan perkembangan
tegnoligi yang dihasilkan india dan ekspor bahan baku. Negara-negara lain Asia
Selatan yang lainnya juga sudah mulai berkembang perekonomiannya didorong oleh
globalisasi yang membawa negara-negara ini ikut andil dalam hubungan-hubungan
diplomatik dengan negara lain yang pastinya menguntungkan negara tersebut.
Jadi, secara garis besar, ekonomi negara-negara Asia Selatan dapat dikatakan
berkembang seiring dengan berjalannya era globalisasi, atau dapat dikatakan
bahwa globalisasi memberikan dampak yang sangat baik terhadap pertumbuhan
ekonomi negara-negara Asia Selatan.
Daftar Pustaka
[2] Reproductive Health and Rights is
Fundamental for Sound Economic Development and Poverty Alleviation," United Nations Population Fund. Diakses
pada 05 Agustus 2012
[5] Rahman, S (2004). "Global Shift: Bangladesh
Garment Industry in Perspective". Asian Affairs 26 (1).
[6] Begum, N (2001). "Enforcement
of Safety Regulations in Garment sector in Bangladesh". Proc. Growth of
Garment Industry in Bangladesh: Economic and Social dimension.
hlm. 208–226.